Angst · Bitter · Dark · Family · FF Project · Ficlet · Genre · Giveaway Project · Length · Moment · Rating · Teen

[Love Is Moment] My Way


By l18hee

-My Way-

Moment: Bitter

Cast: Oh Sehun & OC(s)

Genre: Angst | Dark Fic | Family

Length: Ficlet

Rating: Teen

I own this plot and OC.

.

Harapan Sehun sungguh mulia, membahagiakan orang yang dia sayang dengan caranya.

.

Seraya mematut diri di depan cermin, Sehun membenarkan jas hitamnya, pun sedikit merapikan kembali rambutnya yang mencuat keluar dari jalur rapi. Tak ada senyum yang terpeta di paras rupawannya. Langkahnya tercipta perlahan sambil memikirkan tempat untuk membeli bunga yang berada pada satu jalur yang sama dengan yang akan ia lewati.

Waktu yang Sehun gunakan agak lama karena berkat ia yang terlalu santai, dirinya harus menunggu bus selanjutnya akibat ketinggalan jadwal. Usai sampai di depan toko bunga, ia menatap bangunan minimalis itu dalam diam. Mengulang beberapa kenangan yang bisa ia gali dalam pikiran. Tahun lalu ia kemari bersama sang kakak, bukan sendiri seperti ini.

“Tolong berikan aku beberapa tangkai baby breath,” pintanya pada seorang wanita paruh baya di sana.

Bunga tersebut terus bersarang dalam genggamannya. Ia berjalan dalam diam, memikirkan ucapan-ucapan yang berputar-putar dalam kepala.

 

Dunia terlalu kejam, bukan?

 

“Yah, memang kejam.” Kali ini Sehun tersenyum, sangat tipis sampai-sampai hampir tak kelihatan. Sebuah tempat pemakaman umum menjadi tujuan, dan di sanalah ia sekarang berada.

“Hai Ayah, Ibu. Hari ini kakak tidak bisa datang bersamaku, jadi maaf karena aku datang sendiri.” Tarikan napasnya begitu dalam, membawa Sehun melawan waktu untuk kembali mengenang yang telah lalu.

Hari ini tepat dua tahun peringatan kematian kedua orangtuanya. Bekas luka melintang di punggung kanan yang ujungnya sampai ke leher adalah saksi bisu bagaimana Sehun pernah berada diambang maut. Sebuah kecelakaan yang keluarga Oh ini alami membuat hidup Sehun berubah. Dia memang masih melanjutkan SMA, masih pula menekuni hobinya membuat video dokumentasi. Namun suasana sudah berbeda. Sehun pikir tak ada gunanya ia membuat ekspresi selain senyum tipis dan dengusan di keadaan apa pun, karena itulah lelaki ini menjadi kategori tipikal lelaki tak acuh. Hubungannya dengan sang kakak―Oh Serin, tak sedekat dahulu. Ada banyak hal yang merubahnya, dari mulai kakaknya yang menghabiskan seluruh waktu untuk bekerja, sampai Sehun yang tak punya inisiatif mengutarakan keinginan untuk mnghabiskan waktu bersama.

Namun di balik itu semua, ada banyak hal yang Sehun sembunyikan. Mengenai dirinya yang kepalang menyayangi sang kakak. Sebenarnya Sehun tak pernah tega melihat bagaimana pipi Serin yang sebelumnya tembam dan jadi bahan ejekan kini sudah menirus. Tubuhnya kurus dan ada lingkaran hitam menggantung di bawah mata indahnya.

Sehun mendengus mengingatnya, begitu tak tega. Serin berubah menjadi lebih tegar, bisa dilihat dari bagaimana dirinya menyemangati Sehun di awal kepergian kedua orangtuanya. Kemudian gadis tersebut yang berjanji tak akan membiarkan Sehun hidup dalam kekurangan. Hingga impian-impian lain yang coba Serin katakan pada Sehun, yang mana pada dasarnya impian itu berorientasi pada kebahagiaan sang adik.

“Kak Serin terlalu banyak menderita,” Sehun mendengus untuk kesekian kali, meletakkan baby breath yang ia beli di kedua makam orangtuanya. “Seperti kata Ayah, dunia memang kejam,” ia mengusap nisan orangtuanya dengan sayang, “di surga semuanya baik-baik saja, bukan? Aku harap Ayah dan Ibu selalu diberi kebahagiaan di sana.”

Baru-baru ini Sehun sudah tidak betah melihat Serin terus-terusan menderita. Tujuan terbesar Sehun semenjak ia bangkit dari keterpurukannya akibat kecelakaan dua tahun lalu hanya satu: membuat orang yang ia sayangi hidup tenang dan bahagia. Dia akan melakukan apa pun yang ia bisa. Dan malam tadi, ia berhasil membahagiakan sang kakak. Betapa Sehun ingin terus menerus berdoa agar kakaknya kekal dalam kebahagiaan yang telah diciptakan.

“Surga memang tempat paling membahagiakan.” Sehun jadi teringat ucapan ibunya, lantas ia tersenyum―senyum yang lebih lebar dari biasanya, “Aku senang Kak Serin sekarang bahagia.” Diusapnya baby breath yang telah ia letakkan sebelumnya, kemudian katup bibir itu kembali terbuka.

“Ah, kalian pasti sudah bertemu Kak Serin dan bersenang-senang di atas sana.”

Dia harus kembali ke rumah duka setelah ini, menemui beberapa teman sang kakak yang memberi segudang simpati. Padahal Sehun pikir bukankah lebih bagus enyah dari dunia yang menjijikkan ini? Sepersekian sekon kemudian senyumnya makin mengembang, hampir meloloskan kekeh kecil, “Aku belum mau menyusul, masih ada orang yang kusayangi yang perlu kubahagiakan. Bersediakah kalian menungguku datang bersamanya?” Dia meniup udara dan berdiri, merasa lebih lega ketimbang sebelumnya.

“Pokoknya, kalian tunggulah kami di surga. Mungkin satu atau dua minggu lagi.” Di otak Sehun sudah terbayang dirinya berkumpul bersama keluarga dan kekasihnya, di surga.

Kala langkahnya tercipta, tak lupa Sehun menilik ponsel untuk membaca pesan sang kekasih yang belum sempat terbuka.

 

Sehun, aku sudah dapat izin keluar Sabtu depan.

 

Gerakan cepat yang Sehun lakukan adalah menghubungi si gadis. Usai tersambung, ia berucap dengan senyum terpeta, “Kau harus sering meluangkan waktu bersama keluargamu sebelum pergi denganku, oke?”

“Kenapa?” Dari suaranya, Sehun tahu gadisnya tengah memakan sesuatu. Ah, pasti kudapan lezat buatan ibunya.

“Tidak ada. Hanya saja, aku ingin kau pergi denganku dalam keadaan bahagia.”

Dan sebuah kekeh yang hinggap di rungu Sehun adalah tanda sebuah persetujuan kecil.

 

Oh, mungkin ini saatnya menghitung hari sampai gadis tersebut ditemukan sudah tak bernyawa di samping wajah damai Oh Sehun dengan leher memar karena tali untuk gantung diri melilitnya.

.

.

.

.end

2 thoughts on “[Love Is Moment] My Way

  1. Hai l18hee!

    Yes, you go girl! Gatau kenapa darkfic ini pas banget pake image sehun yang sekarangggg, dan nada nada sinisnya itu lho yang lebih ditonjolkan drpd adegan adegan yg bikin nyesek

    Niceee~

    Like

Leave a comment