Angst · Genre · Length · One Shoot · PG -15 · Rating

Last Memories


Last Memories 2

 

Author: SandraChoii (Twitter, Instagram)

Tittle: Last Memories

Cast: Kim Seok Jin as Seokjin

Choi Ji Hyun as Jihyun

 

Other Cast: Kim Sung Jin as Sungjin

Genre: Angst

Rating: PG-15

Lenght: Oneshoot

Disclaimer: Seluruh cast milik Tuhan, jalan cerita milik author, tidak ada plagiat disini karena ini murni pemikiran author dengan beberapa konflik yang author dapatkan dari inspirasi kisah nyata (tapi tidak sepenuhnya) mungkin apabila ada kemiripan dengan fanfic lain yang pernah readers baca itu bukan unsur kesengajaan karena jelan cerita sangat luas dan author punya cara masing-masing untuk menyampaikan penulisan dalam karya mereka.

Author Notes : Annyeong… sudah sangat lama author hiatus menulis angst, hahaha kali ini author ingin memenuhi request seorang readers yang ingin fanfic oneshoot dengan cast Kim Seokjin, karena author memang sebelumnya berencana menulisnya jadi author langsung saja penuhi request readers ini, author sangat buruk dalam menulis angst apabila banyak kesalahan mohon saran serta komentarnya untuk perbaikan karya selanjutnya, jika ada request ff bisa hubungi melalui account Twitter&IG author, Sudut pandang seluruhnya author ambil dari cast yeoja karena author ingin readers lebih merasakan emosi dari fanfic ini, Happy Reading..
Story:

 

 

Sebuah sekolah dasar daerah busan disinilah tempatku untuk mengajar, ya aku adalah seorang guru yang baru saja dipindah tugaskan dari seoul ke Busan, bukan suasana baru untukku berada disini setidaknya ini adalah tempat tinggalku saat aku masih kecil dulu, disekolah inilah aku dulu menjalani masa kecilku,

Guru adalah sebuah pekerjaan yang membawaku kembali mengingat masa laluku di sini, sebuah masalalu yang sesungguhnya sudah sangat aku rindukan dan entahlah aku hampir seolah tidak bisa menerima kenyataan terburuk yang mungkin saja akan terjadi padaku jika aku bertemu dengan seseorang itu, seseorang yang menjadi cinta pertamaku..

 

“Seonsaengnim… kenapa berdiri disini? Apakah Seonsaengnim adalah guru baru disini?” Lamunanku terpecahkan begitu saja saat telapak tanganku digenggam erat oleh murid sekolahku untuk menuntunku masuk kedalam sekolah, ya aku sadar jika saat ini aku masih melamun didepan gerbang sekolah.

Aku tersenyum teduh pada muridku kini, di seorang namja kecil dengan nametag Kim Sung Jin yang berada di kelas 1a.

Namja kecil itu tersenyum padaku saat aku baru saja tersenyum padanya dengan mengelus pucuk kepalanya,

Aku sedikit berjongkok untuk mensejajarkan diriku dengannya yang memang jauh lebih pendek dariku,

“Apakah kau berada di kelas 1a? Kau tau jika aku adalah wali kelas baru disana..” Gumamku dengan tersenyum

“Jinjja?” Namja kecil itu tampak senang saat mendengar ucapanku, entah kenapa tiba-tiba namja kecil itu memelukku, mungkin sedikit terkejut saat aku baru saja merasakan seorang namja kecil yang baru saja aku kenal saat ini tiba-tiba saja memelukku seolah dia telah mengenalku sebelumnya,

“Kajja.. Seonsaengnim kita masuk kelas..” Gumamnya dengan tetap menuntun tanganku memasuki kelas.

 

Aku memulai tugasku menjadi seorang guru, menjelaskan beberapa materi pelajaran pada mereka, memberi mereka tugas sama seperti kegiatanku biasanya tapi sungguh mengajar disekolah yang sama dengan sekolahkan dulu membuatku mengingat banyak hal, aku tau ini sudah terjadi belasan tahun lalu tapi memori itu seakan tidak bisa hilang semuanya dari dalam ingatanku terutama jika aku melihat namja kecil yang baru tadi pagi aku temui didepan gerbang sekolah, muridku yang saat ini sedang sibuk mengerjakan tugas yang baru saja aku berikan padanya.

 

“Kim Sung Jin-ah, bisakan kau membantuku?” Gumamku membuatnya mengalihkan buku-buku dihadapannya ke arahku,

“Nde Choi Seongsaengnim..” Gumamnya membutaku tersenyum,

“Bisakah kau mengerjakan soal matematika no 3 didepan?” Aku tersenyum, namja kecil itu berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan mengambil sebuah spidol ditanganku, itu soal matematika yang dulu pernah dikerjakan oleh teman sekelasku, aku akui dulu aku sangat bodoh dalam pelajaran terutama pelajaran berhitung bahkan soal matematika itu saja aku tidak bisa mengerjakannya, tapi sebuah pemikiran konyol apa kini yang tiba-tiba saja menuntunku untuk bisa menjadi seorang guru?

 

*Flashback

 

Aku berkali-kali membuka lembar demi lembar sebuah buku matematika dihadapanku, Yoon Seonsaengnim terlihat serius menjelaskan bagaimana cara menghitungnya tapi sekali lagi aku hanya sibuk memperhatikan seorang namja kecil yang tempat duduknya tak berjarak jauh dariku,

“Choi Jihyun, kau mendapat giliran mengerjakan soal no 3..” Bisik Han Seon Yi teman yang bengkunya tepat berada disebelahku,

“Mwo?? Bagaimana bisa? Kau bisa bantu aku untuk menghitungnya?” Gumamku yang kini mulai sibuk sendiri dengan sebuah soal yang aku tidak ketahui,

“Aku juga tidak mengerti dengan soal itu, lebih baik kau tanya pada Seokjin..” Bisik Seonyi kembali, aku menghela nafasku panjang.. entah lebih baik aku mati ditelan oleh Yoon Seonsaengnim dari pada aku harus berbicara dengan Seokjin apalagi harus bertanya soal nomer 3 padanya, entahlah sejak masuk disekolah ini satu-satunya teman yang tidak pernah aku ajak berbicara adalah Kim Seok Jin, aku selalu merasa takut jika berbicara dengannya bukan karena dia seorang yang kejam hanya saja jika aku berada dihadapannya aku tidak dapat mengucapkan satu katapun, aku juga tidak tau kenapa hal seperti ini terjadi padaku.

 

“Kajja Jihyun.. tidak ada pilihan lain..” Gumam Seonyi saat seorang teman sudah maju mengerjakan soal nomer 2 setelah ini matilah aku akan maju dengan soal nomer tiga bahkan aku tidak mengerti sama sekali.

 

“Baiklah.. soal nomer 3 siapa yang mendapat giliran??” Yoon Seonsaengnim bertanya saat seorang teman telah selesai mengerjakan soal nomer 2, aku menghela nafas panjang saat aku akan mengankat tanganku,

“Seonsaengnim!!”
Aku membulatkan mataku saat aku melihat Seokjin mengangkat tangannya, bagaimana bisa dia? Bukankah harusnya aku?

“Kim Seok Jin? Bukan kau, harusnya Choi Ji Hyun yang mengerjakan..”Yoon Seonsaengnim sepertinya tau akan hal itu, matilah aku..

“Tapi Seonsaengnim, aku baru saja belajar untuk bisa mengerjakannya aku ingin seonsangnim melihat hasil pekerjaanku..”

“Baiklah.. kerjakan”

 

*Flashback end

 

“Seonsaengnim, aku sudah selesai..” Gumam namja kecil itu menyadarkan lamunanku,

“Baiklah, terimakasih Sungjin-ah kau bisa duduk,”

Aku tertegun saat ini, tulisan tangan namja kecil itu sangat mirip dengan tulisan tangan Kim Seokjin dan jawaban yang dia kerjakan juga benar, aku ingat dulu Seokjin menjawabnya dengan benar.

“Seonsaengnim.. apakah jawabanku salah?” Namja kecil itu bertanya kembali saat aku memperhatikan papan tulis cukup lama, aku tersadar dan tersenyum padanya,

“Jawabanmu benar, bagaimana kau bisa melakukannya? Bahkan soal ini aku belum menjelaskannya..” Gumamku saat aku menghampiri dia di bangkunya,

“Itu soal yang mudah Seonsaengnim, hanya dengan melihat buku aku bisa cara menghitungnya..” Jawabnya senang,

“Daebak..” Aku kembali tersenyum padanya,

 

***

 

Aku keluar kelas saat jam belajar selesai, di sudut kanan jalan pandanganku tertuju pada sebuah bangku taman di halaman sekolah. Itu adalah Kim Sung Jin aku kembali tersenyum saat melihat namja kecil itu, entah apa yang tiba-tiba membuatku ingin menghampirinya,

“Kim Sung Jin, apa yang kau lakukan disini?”

Namja kecil itu segera menoleh ke arahku saat dia mendengar pertanyaanku, aku duduk di bangku taman yang sama dengannya tepat berada di sebelah namja kecil itu,

“Choi Seonsaengnim?” Sungjin tersenyum

“Aku sedang menunggu appa menjemputku,” Jawabnya seketika,

Aku menatapnya lalu membalas senyuman namja itu padaku,

“Jinjja? Kenapa appa mu sangat lama? Apakah dia tidak tau jika nanti ada seseorang yang akan menculik putra kecilnya yang sangat tampan ini?” Gumamku membuat Sungjin tertawa

“Choi Seonsaengnim ingin menculikku? Kajja kita pergi sebelum appa datang..” Sahutnya yang membuatku kembali menertawaknnya,

 

Sebuah mobil berhenti di halaman sekolah, mungkin itu adalah mobil yang menjeput Sungjin,

“Sungjin-ah!!” Teriakan seseorang itu dalam waktu singkat membuat namja kecil itu bangkit dari duduknya dan berlari menghampiri seseorang yang memanggilnya..

“Appa!!!” Teriak Sungjin senang dan seketika memeluk namja yang disebutnya dengan kata Appa,

Aku terdiam saat melihat seorang namja tinggi dengan rambut kecoklatan itu masih mengenakan seragam kantornya lengkap, sungguh apakah bayangan Seokjin kembali menghantuiku saat ini? tidak.. ini hanya bayanganku tidak mungkin jika namja itu adalah Kim Seokjin..

Aku masih terdiam dalam posisiku, aku sama sekali tidak melangkahkan kakiku mendekat ke arah mereka walau saat ini aku sudah bangkit dari bangku itu tetap saja aku diposisi yang sama,

“Appa.. kajja aku kenalkan dengan guru baruku..” Sungjin kembali membuatku terkejut, mana mungkin namja kecil itu menyeret paksa seorang namja yang disebutnya dengan appa untuk berjalan mendekat ke arahku?

Aku menahan sebuah air mata yang bisa kapan saja akan jatuh, dengan sedikit mengalihkan pandangan dari mereka aku harap itu dapat membuat suasana hatiku sedikit membaik,

“Seonsaengnim..ini adalah appaku..” Gumam Sungjin dengan kembali menggenggam telapak tanganku dan menggerakkannya agar aku melihat ke arah mereka,

Aku berusaha tersenyum saat ini, seseorang yang sama berusaha tersenyum saat berada di hadapanku, aku tidak salah lagi benar dia adalah Kim Seok Jin,

“Appa, Choi Seonsaengnim yang menemaniku saat aku menunggu appa sangat lama. Choi Seonsaengnim bilang jika takut seseorang akan menculikku..”

Seokjin mengalihkan pandangannya pada Sungjin dan tersenyum mendengar perkataan putra kecilnya itu,

“Oh Jinjja? Jika benar seperti itu appa harusnya sangat berterimakasih pada Choi Seonsaengnim..”

Aku mengalihkan pandangan dari mereka, dengan cepat aku segera menghapus air mataku sebelum mereka melihatnya,

“Terimakasih Choi Seonsaengnim karena kau sudah menjaga putra kecilku..” Ucap Seokjin dengan tersenyum lalu sedikit membukukkan badannya tanda hormat padaku, aku segera melakukan hal yang sama seperti yang dia lalukan dan tersenyum,

“Nde.. baiklah Sungjin-ah Seonsaengnim harus pulang bukankah appamu sudah datang?” Aku tersenyum dengan mengelus pucuk kepalanya sebelum aku pergi,

 

“Choi Seonsaengnim..” Aku kembali menghentikan langkahku saat Sungjin kembali memanggilku,

“Nde?”

“Appa.. Seonsaengnim sudah menungguku sampai appa datang, bagaimana jika kita mengantar Seonsaengnim pulang?” Rengek namja kecil itu pada Seokjin,

“Anniya, Sungjin-ah Seonsaengnim harus pergi ke banyak tempat jadi lebih baik kau pulang lebih dulu bersama appamu arra..?”

Seperti sebuah penyesalan yang dapat aku lihat dari raut wajah Sungjin saat aku mengatakannya,

“Nde, Sungjin-ah bukankah sebentar lagi kita juga harus menjemput eomma?” Gumam Seokjin kembali saat merayu putra kecilnya itu, ya sayatan cukup dalam dapat aku rasakan saat aku mendengar perkataan Seokjin jika dia harus segera menjemput istrinya.

“Nde baiklah, permisi..” Aku tersenyum kembali saat melangkahkan kakiku pergi.

 

***

 

Aku membuka pintu rumahku dengan sedikit buru-buru, sungguh kejadian baru saja tidak dapat dikatakan baik untukku, beberapa waktu menahan sebuah tangisan itu membuatku kehabisan banyak energi, aku menjatuhkan tubuhku di atas ranjangku dan mulai mengeluarkan isakan tangis yang sedari tadi aku tahan,

Ya aku bertemu dengannya saat ini, Kim Seok Jin seseorang yang sejak dulu hingga saat ini tidak pernah dapat aku hapus dari dalam hatiku, namja kecil yang selalu membuatku tidak dapat mengalihkan pandanganku padanya kini sudah menjadi seorang ayah yang sangat baik untuk putra kecilnya yang juga sama tampan dengannya,

Aku membuka sebuah laci yang berada tepat di samping ranjangku, sebuah foto masa lalu, aku bahkan masih memiliki foto Seokjin saat dia masih kecil sungguh aku baru menyadarinya jika Seokjin dan Sungjin tidak berbeda, mereka sangat mirip.

“Kim Seok Jin, kenapa kau dari dulu sangat bodoh? Kau pintar dalam soal matematika tapi kau bodoh dalam hal perasaan? Kau bahkan sangat tuli, sama sekali tidak bisa mendengar isi hatiku bahkan sampai detik ini..”

 

Aku memejamkan mataku sejenak, bahkan air mata masih belum kering dari kelopak mataku, bagaimana bisa jika aku harus bertemu dengannya setiap hari disekolah? Bahkan dengan melihat Sungjin aku akan merasa melihat sosok Seokjin disana..

 

 

***

 

 

Pagi ini aku kembali datang ke sekolah, sungguh aku tidak percaya jika Seokjin akan menyekolahkan putranya disini, dan aku tidak percaya jika aku tiba-tiba saja di pindah tugaskan disini, seperti sebuah takdir yang memang sengaja untuk tuhan mempertemukanku dengan Seokjin tapi dalam situasi yang berbeda, sungguh mungkin ini adalah sebuah jawaban yang harus aku terima.. melupakan Kim Seokjin,

“Seonsaengnim!!” Seorang namja kecil berlari kearahku dan memeluku seketika saat dia baru saja turun dari dalam mobilnya, aku sedikit terkejut saat Kim Sungjin tiba-tiba saja memelukku, sama halnya denganku, aku juga dapat melihat ekspresi terkejut Seokjin saat melihat putra kecilnya ini memelukku,

“Sungjin-ah kau sudah datang? Apa PR mu sudah selesai?” tanyaku saat dia sudah melepaskan pelukannya dariku

“Nde seonsaengnim..” Namja kecil itu kembali tersenyum padaku

“Baiklah, cepatlah masuk kelas 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi..” Gumamku, yang hanya dijawab senyuman darinya dan berlari menuju kelasnya,

“Choi Jihyun!!” Aku kembali menghentikan langkahku saat seseorang memanggilku, aku dapat melihat Seokjin yang memanggilku saat ini,

Aku tersenyum singkat padanya, sebuah senyum yang dulu sangat susah aku berikan padanya, ya saat aku dan dia masih berada di sekolah ini aku sama sekali tidak pernah berbicara bahkan tersenyum padanya, hal itu membuatku kembali merutuki nasibku sendiri jika saat itu betapa bodohnya aku.

“Bisakah kita bicara sebentar?” Gumamnya,

“Maaf tapi aku harus segera mengajar..”

Raut wajah Seokjin berubah seketika saat mendengar sebuah jawaban dariku, aku tau itu adalah jawaban terbodoh yang pernah aku berikan untuknya, tapi tolong saat ini aku tidak sanggup untuk berada di dekatknya dalam waktu yang cukup lama.

Seokjin tersenyum dan mengangguk mengerti saat ini,

“Baiklah, lebih baik kita bicarakan nanti saja atau sama sekali tidak perlu kita bicarakan..” Gumanya sebelum dia kembali pergi,

Aku hanya dapat melihat punggung Seokjin yang semakin menjauh saat ini, dia memasuki mobil miliknya dan pergi. Benar aku saat ini harus mengajar dan dia? Sepertinya juga harus segera pergi bekerja.

 

“Seonsaengnim..” Sungjin tersenyum dan memanggiku saat aku baru saja keluar dari ruang guru, ya tentu saja ini adalah jam istirahat. Setelah keluar kelas aku segera masuk dalam ruang guru untuk mengambil bekal makan siang yang sudah aku siapkan tadi,

“Nde?” Aku tersenyum menjawab sapaannya padaku,

Aku mengajak Sungjin duduk di sebuah bangku taman yang memiliki meja disana, aku sepertinya membawa makanan cukup banyak, tidak ada salahnya jika aku membagi makan siangku dengan Sungjin,

“Seonsaengnim membuatnya sendiri?” Tanya namja kecil itu sedikit takjub saat aku membuka bekal makan siangku yang sekiranya cukup banyak,

“Nde, apa kau suka kimbab?” Tanyaku

“Nde, aku juga suka yubuchobab dan telur gulung..” Sahutnya membuatku tertawa,

“Jinjja? Baiklah Seonsaengnim membawanya sangat banyak bisa kau bantu menghabiskannya?” Tanyaku yang di jawab dengan anggukan senang darinya,

“Makanlah..” Sahutku padanya, namja kecil itu mengangguk senang

 

“Bagaimana? Apakah tidak enak?” Tanyaku saat dia baru saja melahap yubuchobab buatanku,

“Anniya, ini enak appa tidak bisa membuat seenak ini..” Jawabnya, aku menertawakan hal itu,

“Jinjja?? Lalu bagimana dengan eomma mu? Pasti eomma mu bisa membuat yang jauh lebih enak dari ini bukan?” Entahlah kenapa aku terkesan sangat antusias untuk mengintrogasinya,

Sungjin menggeleng cepat sebelum mengatakan,

“Eomma sangat payah..”

“Ya! Kau tidak boleh berkata seperti itu tentang ibumu..”
Sungjin hanya tersenyum mendengar ucapanku,

 

“Seonsaengnim benarkah jika dulu seonsaengnim adalah teman appa?”

“Mwo?”

“Appa bilang jika dulu appa bersekolah disini dan berada di kelas yang sama dengan seonsangnim dari kelas 1 sampai lulus?”

“Appamu mengatakan hal itu?” Tanyaku kembali, aku tidak habis pikir jika Seokjin akan menceritakan hal ini.

Sungjin hanya mengangguk mendengar pertanyaanku,

“Apakah seonsaengnim tidak berteman dekat dengan appa? Kenapa dari banyak teman appa aku baru tau jika Seonsaengnim juga temannya? Apakah appa sangat menakutkan? Sepertinya seonsaengnim terlihat takut padanya..”

“Jinjja? Ne, appamu dulu adalah teman sekolah seonsaengnim tapi appamu bukan orang yang menakutkan, apakah terlihat jika seonsaengnim takut dengan appamu?”

Sungjin tersenyum dan mengangguk,

“Kemarin seonsaengnim menolak saat aku antar pulang..”

“Anniya, Sungjin-ah kemarin seonsaengnim sedang banyak urusan..” Aku mengelus kembali pucuk kepala namja kecil itu

“kajja.. cepat habiskan beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi..”

 

***

 

Beberapa hari ini aku mulai menghindar dari Seokjin, aku tidak bisa jika terus menurus dalam situasi seperti ini, sungguh aku tidak tega menolak permintaan Sungjin yang meminta aku menemaninya saat pulang sekolah sampai Seokjin menjemputnya dengan alasan aku sangat sibuk.

Walaupun begitu aku benar tidak pergi, aku bersembunyi didalam ruangan yang dapat aku gunakan untuk mengawasi Sungjin sampai Seokjin datang menjemputnya, sungguh aku tidak ingin jika saja ada orang jahat melukainya.

Sore ini tidak seperti biasanya, sebuah awan gelap tiba-tiba menutupi langit dan aku yakin jika beberapa menit lagi akan turun hujan. Sungguh aku kesal kenapa Seokjin belum juga datang untuk menjemput Sungjin? Beberapa butiran air dari langit mulai turun, aku ingin sekali berlari ke arah taman untuk memberikan payung pada Sungjin, tapi bukankah aku sudah berpura-pura padanya jika aku sudah pulang?

Isakan tangisku mulai mengeras saat hujan turun lebih deras dari sebelumnya, sungguh aku tidak mungkin tega membiarkan Sungjin berada di taman sendirian dengan keadaan hujan. Tidak.. cukup aku tidak boleh egois dan membiarkan Sungjin berada di taman sendiri, aku tau namja kecil seusianya akan sangat ketakutan jika kehujanan dalam kondisi sendirian.

Aku membuka payungku dan melangkahkan kakiku cepat kearahnya, aku melihatnya menangis saat ini, sungguh bagaimana aku bisa menjadi seseorang yang sangat kejam saat ini,

“Sungjin-ah..” Panggilku saat aku berhasil mengarahkan payungku kearahnya,

“Seonsaengnim..” Tangisnya mulai pecah saat melihatku, lantas namja kecil itu memelukku, aku memeluknya dan membawanya ke tempat yang lebih teduh tapi namja kecil itu masih saja menangis,

“Seonsaengnim aku takut..” Gumamnya di tengah isakannya, sungguh hal itu membuatku semakin merasa bersalah padanya, aku memeluknya erat saat ini.

 

“Sungjin-ah.. Kau tidak perlu takut Seonsaengnim disini, maaf karena..”

 

“Kim Sung Jin..” Seokjin menghentikan mobilnya tidak jauh lalu membuka payungnya dan berlari ke arah kami,

“Appa..” Sungjin terlihat masih ketakutan dan memeluku

“Mianhae, tadi pekerjaan di kantor appa sangat banyak..” Seokjin segera meraih Sungjin dan memeluknya “Gwaenchana?” Tanyanya sekali lagi

Sungjin hanya mengangguk dan memeluk Seokjin erat,

“Ehm.. sekali lagi terimakasih karena kau sudah menemani Sungjin,”
Aku hanya mengangguk mendengarnya,

“Hujan lebat sekali, kajja aku antar kau pulang..” Tawarnya

“Anni.. kau pulanglah dulu, sepertinya Sungjin sangat kedinginan..”
Seokjin berfikir sejenak, beberapa kali dia mengedarkan pandangnnya kearah langit yang cukup gelap.

“Boleh aku minta tolong? Aku menyetir sedangkan Sungjin kedinginan, ikutlah bersamaku masuk dalam mobil untuk memeluk Sungjin agar dia tidak kedinginan..”

Tidak ada apapun yang kami bicarakan saat ini, Seokjin sibuk mengemudikan mobilnya dan aku duduk di kursi mobil tepat disampingnya dengan memeluk Sungjin, jika saja bukan karena

Sungjin aku tidak mungkin mau berada didalam mobil bersamanya,
Mobil itu terparkir di halaman depan rumah Seokjin, sesaat kemudian Seokjin keluar dengan membukakan pintu juga untukku dan mengambil Sungjin yang masih dalam pangkuanku,

“Masuklah,” Seokjin tersenyum lalu menggendong Sungjin masuk dalam rumahnya, aku mengikutinya dan duduk di ruang tamu,

Rumah yang sesungguhnya sangat aku hindari untuk masuk, sebuah foto keluarga membuat perasaanku semakin sakit, dan di sudut ruangan aku melihat sebuah foto pernikahan cukup besar, ya aku tau yeoja yang menikah dengan Seokjin.. sebelumnya aku pernah melihat Seokjin bersamanya dan benar kini mereka berdua sudah menikah.

Seokjin keluar dari sebuah kamar Sungjin dan berjalan menemuiku di ruang tamu,

“Maaf sudah merepotkanmu, apa kau mau coklat panas?”

“Anniya, aku harus pulang sekarang..” Sahutku

“Setidaknya tunggulah sampai istriku pulang, agar dia bisa menjaga Sungjin dan aku bisa mengantarmu pulang..”

Aku mendengarnya sekali lagi, entah apakah Seokjin sangat tidak peka? Berapa kali dia membuat hatiku merasakan sakit, membawanya kerumahnya dengan melihat foto-foto itu lalu memintaku menunggu hingga istrinya pulang? Apakah dia masih memiliki perasaan sedikit saja untuk memahami bagaimana sakitnya aku saat ini?

Aku segera bangkit dari tempat dudukku, sekilas senyuman aku berikan padanya.

“Kau tidak perlu mengantarku, aku bisa pulang sendiri..”

 

“Choi Seonsaengnim… Choi Seonsansaengnim..” Aku menghentikan langkahku saat aku mendengar suara Sungjin memanggiku dari dalam kamarnya, apakah Sungjin sedang mengigau?

 

Seokjin menatapku, seolah dia memohon agar aku bersedia menemui Sungjin di kamarnya. Aku melihat kearah Seokjin sekilas lalu melangkahkan kakiku masuk dalam kamar Sungjin, benar Sungjin mengigau dalam tidurnya tapi apa? Kenapa dia menyebutku? Bukankah seharusnya dia menyebut nama Seokjin atau ibunya?

Aku mendekat kearahnya dan menyentuhkan punggung tanganku didahinya, panas.. aku yakin Sungjin demam, ini salahku sungguh aku merutuki kebodohanku sekali lagi, kenapa bisa aku sampai tega membiarkan Sungjin kehujanan tadi?

“Sungjin-ah.. gwaenchana??” Aku menepuk pipinya, suhunya tinggi sekali.

Sungjin membuka matanya lalu tersenyum dan menangis melihatku,

“Seonsaengnim, jangan pulang..”

“Mwo?” Tanyaku tapi sekali lagi Sungjin menahan tanganku dan menggenggamnya erat, aku hanya bisa melihat Seokjin yang memperhatikan kami, sungguh hingga saat ini aku tidak bisa mengartikan ekspresinya,

 

“Sungjin-ah Seonsaengnim disini tidak pulang, kau istirahatlah.. jika kau sembuh nanti seonsaengnim akan membuatkanmu yubuchobab lagi arra?”

Sungjin tersenyum dan kembali menutup matanya, saat aku yakin dia benar-benar tertidur aku melepaskan genggaman tangannya dariku lalu menyelimutinya dan mencium keningnya sebelum aku pergi,

 

“Kau akan pulang?” Tanya Seokjin saat aku baru saja keluar dari kamar Sungjin,

Aku hanya mengangguk singkat,

“Jihyun-ah…” Panggil Seokjin seakan menahanku untuk pergi, sungguh aku tau jika banyak hal sepertinya yang ingin Seokjin sampaikan padaku tapi aku bahkan bertindak acuh tak acuh padanya,

“Aku harap lain kali kau tidak terlambat lagi menjemputnya..”
Seokjin hanya diam mendengar ucapanku,

Aku kembali melangkahkan kakiku untuk segera pergi,

“Apakah kau tidak pernah merasakan jika Sungjin adalah putramu?”

Aku seketika menghentikan langkahku mendengarnya, hal konyol apalagi yang kini Seokjin ucapkan padaku? Kim Sung Jin putraku?

 

Aku kembali me-recall ingatanku, benar dulu aku dan Seokjin sempat menikah secara diam-diam karena kedua orang tua kami tidak pernah menyetujui pernikahan kami. Saat itu aku berpisah dengannya karena eomma membawaku secara paksa untuk pindah ke seoul dan aku di paksa untuk menandatangani surat cerai oleh mereka, saat itu aku sedang mengandung 2 bulan.

Saat itu juga setelah aku benar-benar resmi bercerai dengan Seokjin aku mendengar orang tua Seokjin menjodohkannya dengan seorang yeoja yang sebelumnya pernah aku ketahui dan akhirnya mereka benar-benar menikah, tentu hal itu membuatku sangat depresi, terlebih saat aku melahirkan dan mereka mengatakan bayiku meninggal saat beberapa menit setelah dilahirkan.

 

*Flashback

 

Seokjin memeluku erat saat dia baru saja mendengar jika orang tua kami benar-benar menemukan kami saat ini, sungguh seperti sebuah mimpi saat dulu aku dan Seokjin tidak pernah berbicara apapun lalu kami saling bicara dan menjadi kekasih,walau kedua orang tua kami tidak pernah menyetujui hal ini, itu tidak bisa membuaku dan Seokjin membatalkan sebuah pernikahan, bahkan saat ini aku sudah menikah dengannya dan akan mempunyai anak darinya tapi tiba-tiba orang tua kami datang mengacaukan semuanya,

“Jihyun-ah.. eomma akan memaksa kita untuk berpisah..”

“Mwo?”

Aku tau hal ini mungkin akan terjadi tapi apakah mereka masih saja berniat memisakan kami saat mereka tau kami sudah menikah dan akan memiliki seorang anak? Apakah ini adil untuk kami?

Pernikahan ini bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah, tapi mereka seolah-olah ingin sekali menghancuran semuanya.

“Seokjin-ah aku tidak mau melihat anak kita tidak memiliki keluarga yang utuh…”

“Arraseo..” Jawabnya yang masih memelukku,

Beberapa menit setelahnya eomma datang dan meyeretku pergi dari Seokjin, aku tau saat itu Seokjin tidak dapat melakukan apapun. Bukan karena dia pasrah pada apa yang eomma lakukan tetapi aku tau Seokjin sangat patuh dan menghargai seorang ibu, mungkin itu adalah sebuah alasan untuknya tidak melawan.

 

*Flashback end

 

“Aku tau, mungkin kau mengira anak kita sudah meninggal?

Jihyun-ah aku berada disana saat itu, saat Sungjin lahir tapi kau tau ibumu tidak pernah mengijinkanku untuk bertemu denganmu? Dan saat itu ibumu memintaku membawa Sungjin untuk menjauh darimu dan meminta agar kau mengetahui jika anak kita sudah meninggal? Agar kau dapat bebas dariku..”

“Mwo?” Aku kembali tertegun mendengar semua pengakuan

Seokjin padaku, aku tau kedua orang tua kami menentang tapi apakah harus dengan cara seperti ini? memisahkan aku dari Seokjin juga dari anakku sendiri?

Aku menghapus air mataku, sungguh aku sangat merindukkan anakku, aku berkali-kali berusaha melupakannya, menganggap aku tidak pernah memiliki anak agar aku tidak merasa kehilangan secara terus menerus tapi kini? Anakku mengenal yeoja lain sebagi ibunya sedangkan aku hanya sebagai guru di sekolahnya, apakah saat ini dapat di katakan perasaanku baik-baik saja? Mungkin karena inilah tuhan kembali mempertemukanku dengan Kim Seokjin juga denga Kim Sungjin.

“Jihyun-ah, apakah setelah ini kau akan mengambil Sungjin dariku?

Aku dan istriku tidak memiliki anak dari pernikahan kami dan aku tau istriku sangat menyayangi Sungjin seperti putranya sendiri, apakah kau akan mengambilnya dari kami?”

 

Isakan tangis tidak bisa aku hentikan saat ini, jika saja aku bisa dan tidak memikirkan bagaimana perasaan Sungjin, saat ini aku ingin mengajak Sungjin untuk bersamaku, mengatkan bahwa aku adalah ibunya dan sekali saja aku ingin dia menyebutku dengan kata eomma. Tapi sekali lagi apakah hal itu tidak akan melukai perasaannya? Bukankah anak seusianya sangat membutuhkan keluarga yang utuh? Dia akan merasa sedih jika tau kedua orang tua yang sesungguhnya telah berpisah, mungkin benar Sungjin akan lebih bahagia bersama Seokjin dan yeoja yang di kenalnya sebagai eomma.

 

***

 

Aku mengetuk pintu ruangan kepala sekolah singkat saat beberapa menit lalu beliau memanggilku untuk menemunya,

“Annyeong Gyojangnim..” Sapaku dengan sedikit membungkuk padanya,

“Oh Choi Seonsaengnim.. silahkan duduk..”

Aku tersenyum dan duduk di hadapan Park Gyojangnim,

“Berkas permintaan pindah tugas beberapa bulan lalu sudah keluar Choi Seonsaengnin, saya tau anda guru yang baik untuk sekolah kita tapi kenapa belum genap satu tahu anda bertugas ingin kembali ke seoul? Apakah anda sudah memikirkannya baik-baik?”

Beberapa bulan lalu aku memang memohon surat pemindahan tugas kepada Park Gyojangnim untuk kembali ke Seoul, aku merasa sangat tersiksa jika setiap hari harus bertemu dengan Kim Seokjin juga putra kecilku yang tidak pernah tau jika aku adalah ibunya, aku ingin melupakannya dan kembali ke seoul karena dalam kondisi saat ini sudah sangat tidak memungkinkan jika aku akan kembali bersama Kim Seokjin dan Kim Sungjin.

Aku tersenyum tipis menanggapi beberapa pertanyaan Park Gyojangnim,

“Banyak tugas yang harus saya lakukan di Seoul Gyojangnim, maaf jika selama mengajar saya memiliki banyak kekurangan..”

Park Gyojangnim tersenyum dan menyerahkan sebuah map berkas yang harus aku tanda tangani,

“Anda guru yang baik Choi Seonsaengnim sesungguhnya saya ingin anda berada lebih lama lagi disekolah ini, tapi saya sungguh tidak bisa memaksa kehendak seseorang karena itu sama sekali bukanlah wewenang saya.”

 

Sebuah map yang sungguh sangat sulit untuk aku tanda tangani, setelah ini aku akan benar-benar tidak dapat bertemu setiap hari dengan Sungjin putra kecilku aku yakin setelah ini aku akan sangat merindukannya.

Aku menghapus air mataku singkat, mengatur nafasku sejenak lalu memejamkan mataku.. dalam singkat waktu tanganku telah aku paksakan untuk bergerak dan menandatanganinya, sesuatu yang seharusnya aku lakukan sejak dulu.

Aku menyerahkan map itu kembali pada Park Gyojangnim,

“Aku harap suatu saat nanti anda akan tetap mengunjungi kami dan sekolah ini Choi Seonsaengnim..”

Aku tersenyum mendengarnya, lalu menunduk singkat sebelum akhirnya aku pergi. Ini adalah hari terakhirku berada di sekolah ini, sungguh aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku untuk bersama dengan Sungjin sebelum aku pergi.

Aku melihat Sungjin duduk dibangku miliknya, entah apa yang dia lakukan didalam kelas saat jam istirahat.

“Sungjin-ah, kenapa kau tidak bermain bersama teman-temanmu?”

Sapaku padanya, namja kecil itu lantas tersenyum padaku. Aku sangat bangga sekali melihat putra kecilku menjadi anak yang sangat pandai juga cerdas seperti Kim Seokjin sekali lagi aku sungguh merasa gagal menjadi seorang ibu untuknya.

 

“Seonsaengnim, aku sedang menggambar appa, aku juga seonsaengnim saat aku sedang demam saat itu..” Namja kecil itu tersenyum dengan menunjukkan sebuah gambar miliknya padaku.

Aku dapat melihat Sungjin sedang menggambar Seokjin yang sedang menggendongnya dan aku berada disamping mereka, benar ini adalah kejadan saat Sungjin demam beberapa bulan lalu, aku menghapus air mataku singkat saat melihatnya. Aku tidak ingin Sungjin melihatku menangis saat ini.

“Sungjin-ah, kenapa kau menggambar Seonsaengnim disini? Bukankah lebih baik kau menggambar kau, appamu juga eommamu?”

“Tapi eomma belum pulang kerja saat aku demam..”
Aku tersenyum mendengarnya dan duduk disampingnya,

“Apakah kau sangat menyayangi eommamu?”
Sungjin mengangguk dan tersenyum,

“Nde.. eomma sangat baik, aku sangat menyayangi eomma juga menyayangi Choi seonsaengnim..”

“Jinjja?” Tanyaku dengan sedikit terisak, aku segera memeluknya cukup erat. Sungguh aku ingin selalu berada didekatnya, kenapa tuhan memberiku takdir seperti ini? jika aku tidak bisa bersama Kim Seokjin mungkin aku bisa menerimanya tapi jika aku tidak bisa bersama dengan Kim Sungjin sungguh sebagai seorang ibu itu akan membuat perasaanku sangat hancur.

 

“Seonsaengnim.. kenapa menangis?”

“Anniya.. Sungjin-ah kau tidak boleh melupakan satu hal jika aku sangat menyayangimu arra?”

Aku melihat Sungjin juga menangis saat ini lalu memelukku, aku tau mungkin dia menangis karena melihatku menangis. Seharusnya aku harus bisa lebih menahan tangisku di hadapannya.

Aku melihat Seokjin menunggu kelas berakhir di sebuah taman tempat biasanya Sungjin menunggu, tidak biasanya Seokjin menjemputnya lebih awal. Aku menatap beberapa muridku yang masih sibuk mengerjakan tugas mereka,

“Bolehkan Seonsaengnim permisi keluar sebentar?”

“Nde seonsaengnim..” Jawab mereka serempak,

“Kerjakan tugas kalian, seonsaengnim akan segera kembali..”

 

Aku keluar kelas untuk menghampiri Seokjin di bangku taman, aku tidak pernah mengatakan pada Sungjin jika hari ini adalah hari terakhirku untuk mengajar disini tapi aku tentu akan mengatakan hal ini pada Seokjin, aku hanya ingin meminta pada Seokjin agar mengijinkan aku pergi bersama Sungjin hari ini sebelum aku kembali ke Seoul.

“Kim Seokjin..” Panggilku lalu namja itu segera bangkit dari tempat duduknya saat melihatku berada di hadapannya,

“Nde? Apakah kelas sudah selesai?”

“Belum, aku ingin bicara sesuatu padamu. Apakah kau tidak keberatan?”

Seokjin tersenyum lalu mengangguk,

 

Aku duduk di sebuah bangku taman tepat di samping Seokjin, beberapa kali aku menghapus air mataku sebelum aku sempat mengatakan apa yang ingin aku sampaikan padanya.

“Apa kau sangat kecewa padaku Jihyun-ah?” Tanya Seokjin membuka percakapan kami,

Tentu saja, harusnya Seokjin tidak perlu bertanya padaku tapi dia lebih baik bertanya pada dirinya sendiri apakah selama ini dia sudah membuatku kecewa atau tidak?

“Aku hanya mendengar perimintaanmu saat itu, jika kau tidak ingin melihat anak kita tidak memiliki keluarga yang utuh. Untuk bisa kembali bersamamu aku rasa saat itu sangat tidak memungkinkan jadi aku menerima perjodohan itu..” Lanjutnya,

Aku menahan nafasku berat saat sekali lagi mendengar sebuah pengakuan darinya, aku ingin marah padanya, apakah hanya karena hal itu Seokjin menjadi seperti ini?

“Ini adalah hari terakhirku mengajar di sekolah ini, besok aku akan kembali ke seoul dan bertugas untuk mengajar kembali di sana. Aku menemuimu hanya ingin meminta ijin darimu jika hari ini aku ingin menghabiskan waktuku bersama Sungjin, aku ingin pergi bersamanya saat ini, dia tidak tau jika aku akan pergi dan aku tidak ingin dia tau, bolehkan aku mengajaknya pergi?” Aku beberapa kali menghapus air mataku saat mengucapkannya,

Seokjin diam beberapa waktu saat ini, tapi setelahnya aku melihat dia tersenyum dengan menahan air matanya,

“Apakah kau yakin akan pergi?”

Aku mengangguk singkat saat mendengarnya,

“Aku tidak bisa berada terus-menerus di antar keluargamu, bagaimanapun aku akan berterimakasih karena kau dan juga istrimu bisa menjaga Sungjin dan membuat dia merasa memiliki keluarga yang utuh, tapi tolong untuk sekali ini saja aku ingin bersama Sungjin..”

“Ya, kau adalah ibunya dan kau bisa mengajaknya pergi dan aku juga tidak mempunyai hak untuk melarangmu pergi dengannya”

 

“Gomawo Seokjin-ah..” aku tersenyum lalu bangkit dari tempat dudukku,

“Jihyun-ah..” Panggilan Seokjin membuatku kembali menghentikan langkahku

“Nde?”

“Kau sungguh akan pergi?”

Seokjin kembali bertanya padaku, sepertinya dia sedikit tidak percaya jika aku akan pergi saat ini tapi sekali lagi aku hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman dan kembali melangkahkan kakiku,

“Bolehkah aku ikut denganmu dan Sungjin nanti?” Seokjin kembali menghentikan langkahku, aku kembali melanjutkan langkahku tanpa menoleh padanya, aku hanya tidak ingin Seokjin melihatku menangis.

 

***

 

Aku pergi ketaman hiburan bersama Sungjin dan Seokjin, sepertinya Seokjin tidak main-main saat mengatakan akan ikut serta bersamaku dan Sungjin beberapa waktu lalu,

“Apakah kau takut jika aku akan menculik Sungjin darimu? Kau takut jika aku akan membawa Sungjin ke seoul bersamaku jadi kau memutuskan untuk ikut?” Tanyaku, Seokjin hanya diam mendengarnya sebelum akhirnya Sungjin berjalan kearah kami dengan tiga buah ice cream di tangannya,

Aku dan Seokjin mengambil masing-masing satu buah ice cream dari tangan Sungjin,

“Gomawo..” Ucapku padanya yang hanya di balas dengan senyuman oleh Sungjin,

 

“Setelah ini kau ingin pergi kemana lagi Sungjin-ah?” Tanya Seokjin kini,

“Aku ingin kerumah Choi Seonsaengnim, apakah Choi Seonsaengnim bisa membuatkanku yubuchobab lagi? Appa harus tau jika yubuchobab buatan Choi Seonsaengnim sangat enak..”

“Mwo?” Tanyaku sedikit terkejut, Seokjin juga sama halnya denganku. Iya aku ingat jika Kim Sungjin sangat menyukai yubuchobab buatanku, dan aku juga baru ingat saat awal aku menikah dengan Seokjin dia sangat menyukai makanan itu.

 

Aku tersenyum sekilas padanya,

“Tentu, Seonsaengnim akan membuatkannya untukmu..”

Entah sudah keberapa buah Sungjin melahap yubuchobab di piringnya, aku senang melihat Sungjin makan sangat lahap setidaknya hal ini dapat aku ingat sampai aku di seoul. Aku akan memakan yubuchobab saat merindukan Sungjin.

“Seonsaengnim, aku tadi melihat beberapa koper di ruang tengah.. apakah seonsaengnim akan pindah?” tanya namja kecil itu membuatku sedikit terkejut

“Seonsaengnim harus mengerjakan beberapa urusan di seoul Sungjin-ah..” Sahut Seokjin memberinya pengertian,

“Apakah itu artinya seonsaengnim akan pergi dari sini?”

“Anniya, seonsaengnim tidak akan pergi.. kajja habiskan makanmu..” jawabku sebelum Seokjin kembali membuka mulutnya untuk berbicara pada Sungjin

Seokjin menatapku cukup lama, aku tau dia ingin mengatakan sesuatu padaku tapi aku sungguh tidak ingin mendengar dia mengatakan hal terakhir untukku, hari ini mungkin bisa menjadi kenangan terakhir antara Seokjin, aku dan Sungjin. Aku akan sangat merindukan saat-saat ini, sebuah keluarga yang seharusnya menjadi milikku seolah menjadi suatu kesalahan jika aku harus merebutnya dari yeoja yang dinikahi Seokjin sejak 7 tahun lalu.

 

Aku masih terus memeluk Sungjin dalam pangkuanku, sesekali aku mengusap pucuk kepalanya dan mencium keningnya. Namja kecil itu sedang terlelap dalam pangkuanku, Seokjin hanya tersenyum dan menghampiriku kini,

“Bisakah kau tetap disini untuk Sungjin? Jihyun-ah aku mohon jangan pergi..” Gumamnya lirih tapi masih terdengar jelas di telingaku, sesekali Seokjin menghapus air matanya dan mengalihkan perhatiannya dariku,

Aku berusaha mati-matian untuk tidak menangis tapi isakan terkutuk itu seolah tidak tapat aku sembunyikan.

“Apakah kau tau bagaimana perasaan seorang ibu ketika anaknya tidak menyebutnya ibu? Apakah kau dapat memahami perasaanku ketika anakku menyebut wanita lain dengan kata ibu? Tidakkah kau mengerti bagaimana perasaanku selama ini? seorang anak yang sangat aku rindukan yang aku kira sudah meninggal kini berada dalam pelukanku, apakah kau pikir meninggalkannya adalah sesuatu yang sangat mudah?”

Seokjin tidak menjawabku, aku hanya melihatnya berusaha tersenyum padaku dalam raut kesedihannya. Aku tau dia sangat merasa bersalah saat ini.

 

“Seokjin-ah aku mohon, biarkan hari ini Sungjin menginap disini. Besok saat aku akan kembali ke seoul aku akan mengantarkan dia pulang, aku ingin sekali saja membuatnya tidur dalam pelukanku, apakah kau memperbolehkannya?”

Seokjin mengangguk singkat,

“Nde.. baiklah, aku akan pulang sekarang..” Ucapnya singkat,

Seokjin mencium kening Sungjin singkat sebelum pergi.
Saat ini cukup larut malam, tapi aku benar-benar tidak dapat memejamkan mataku. Ini adalah terakhir kalinya aku melihat putraku terlelap didekatku, aku mengelus keningnya dan menciumnya beberapa kali, sungguh apakah aku sanggup untuk meninggalkannya?

“Sungjin-ah, maafkan eomma.. kau harus mengingat jika eomma sangat menyayangimu, eomma ingin selalu bersamamu tapi itu tidak mungkin Sungjin-ah..” Ucapku lirih, sungguh aku tidak ingin mengganggu tidurnya.

Aku berusaha memejamkan mataku dan memeluk Sungjin dalam tidurku, saat aku akan mulai memejamkan mataku, tiba-tiba namja kecil ini bergumam dalam tidurnya,

“Eomma, jangan pergi.. eomma.. jangan pergi..” Beberapa kali kata itu dia ucapkan tetapi matanya masih terpejam, setiap kali dia mengucapkannya genggaman tanganya semakin mengerat di pergelangan tanganku, sungguh ini membuatku semakin sakit saat mendengarnya, setidaknya dia sudah menyebutku sebagai ibu di alam bawah sadarnya.

 

***

 

Aku menata beberapa koperku di bagasi mobil sebelum kembali mengantarkan Sungjin pulang, namja keci itu hanya memperhatikanku tanpa berani banyak bertanya padaku. Aku tersenyum singkat saat membukakan pintu mobil untuknya.

“Kajja, seonsaengnim akan mengantar kau pulang..”

 

Selama perjalanan tidak ada apapun kata yang dia ucapan padaku, seolah aku tidak bisa membohonginya atas kepergianku tapi dia memilih untuk diam dan tidak mengusikku dengan pertanyaannya yang tentu akan membuatku kembali menangis di hadapannya.

Aku memarkirkan mobilku dihalaman rumah Seokjin, aku melihat Seokjin dan seorang yeoja keluar dari dalam rumahnya, ya dia adalah istri dari Kim Seokjin.

“Appa… Eomma…” Panggil Sungjin lalu memeluk mereka saat dia baru saja keluar dari mobil, melihat putraku menyebut wanita lain dengan sebutan eomma benar-benar sangat menyakitkan, buru-buru aku menghapus air mataku dan berjalan mendekat kearah mereka,

Aku membungkukkan badanku singkat saat aku berada tepat dihadapan yeoja itu, yeoja itu tersenyum padaku.

“Terimakasih sudah mengijinkan Sungjin menginap dirumahku kemarin, dan terimakasih karena kau sudah menjadi ibu yang baik untuk Kim Sungjin.” Aku berusaha tersenyum saat mengucapkannya,

Aku sedikit berlutut untuk mensejajarkan posisiku dengan Sungjin dan mengelus pipi namja kecil itu, dia ingin menangis saat ini tapi dia sungguh pandai untuk menahan tangisnya,

“Sungjin-ah, kau kau tidak boleh melupakan jika Seonsaengnim sangat menyeyangimu arra?”

Sungjin tidak menjawabku, namja kecil itu langsung memelukku dengan menangis,

“Seonsaengnim jangan pergi.. seonsaengnim..”

Aku melepaskan pelukannya padaku dan mengelus pucuk kepalanya singkat dan mencium keningnya sebelum aku pergi, beberapa kali Seokjin mengalihkan perhatiannya dari kami dan beberapa kali menghapus air matanya.

“Jihyun-ah jaga dirimu baik-baik..” Hanya itu yang Seokjin ucapkan padaku, aku hanya menjawabnya dengan tersenyum dan anggukan kecil

“Arra, aku harap kalian bisa menjadi orang tua yang baik untuk Sungjin dan tolong jangan pernah terlambat menjemput Sungjin ketika pulang sekolah..” Ucapku lalu berjalan pergi untuk memasuki mobilku

Aku menyalakan mesin mobilku, aku bersumpah tidak akan kembali kesini dan melukai perasaan Kim Sungjin kembali, biarlah dia menganggap aku hanya sebagai gurunya dan menanggap yeoja itu adalah ibunya, aku tidak ingin melihatnya semakin sedih ketika mengetahui hal yang sesungguhya, hal yang belum harus dimengerti oleh anak seusianya.

 

“Choi Seonsaengnim… jangan pergi..” Teriaknya saat aku akan menjalankan mobilku, aku terisak parah saat mendengarnya,

“Mianhae Sungjin-ah..” Gumamku lalu menginjak gas mobilku, aku tidak tega melihatnya berlari mengejar laju mobilku dari spion,

“Choi Seonsaengnim… seonsaengnim…” teriaknya semakin keras saat mobilku semakin menjauh darinya.

Aku melihat Seokjin mengerjarnya lalu memeluk Sungjin agar berhenti mengejarku, aku dapat melihatnya menangis saat ini.

“Maafkan eomma Sungjin-ah, eomma bukanlah ibu yang baik untukmu.. jaga dirimu baik-baik.” Gumamku saat laju mobiku semakin menjauh,

 

Aku melihat sebuah hoddie milik Sungjin tertinggal di kursi mobilku, aku meraihnya dan memeluknya.

“Paling tidak aku masih memiliki satu barang milikmu untuk dapat selalu aku ingat.. Sungjin-ah kau tidak boleh melupakan jika eomma sangat menyayangimu..”

 

Wanita akan merasakan sakit saat melihat seseorang yang dia cintai telah bersama dengan wanita lain dan anak mereka, tetapi wanita akan lebih merasakan sakit saat melihat orang yang dia cintai dan anaknya menyebut wanita selain dirinya dengan sebutan IBU..

 

~THEEND~

65 thoughts on “Last Memories

  1. Nangisss thor ini nyesek banget T^^T
    aq kira tadi itu anaknya seokjin sama istrinya ternyata lbh nyesek lagi ankx sendiri..
    DAEBAKK #LapIngus author bnr2 daah :”((

    Like

  2. Kyaaaaa author tumben bikin angst???
    aku nangisss thor ga mau tau pokoknya seokjin hrs sama jihyun>,<
    beneran nyesek bget jd jihyun aigoooo ㅠ_ㅠ keren thor

    Like

  3. Kan san… mau tanya tumben bikin ff model beginian =[
    tapi sukses kak aku nangis, awalnya nyesek pas jin punya ank tapi nyesek.x nambah pas tau kl itu ank jin jg jihyun tp ank.x pngl jihyun seonsaengnim T.T
    kata” terakhirnya…. Jjang!!!!

    Like

    1. Annyeong Armyswag.. maaf baru bales komen juga hahaha
      Iya entah kenapa ide seperti itu muncul dan jadilah Last Memories tapi fanfic itu kayak firasat akan sesuatu, hahaha iya gomawo sudah baca, di tunggu ya akan ada squelnya kok itu ^^

      Like

  4. Ngga ngerti dech gmn jadinya perasaan jihyun pas anaknya sebut dia seonsaengnim tapi sebut istrinya jin eomma :((
    benar pasti SAKIT…. jd kesel sama jin hrusnya dia balik ajah sama jihyun.. aigooo thor aku baca ini ff jadi uring-uringan sendiri,
    suka kata2nya g nyangka ternyata perasaan ibu itu dlm bgt sama anak, jd makin syg sama mama :”)

    Like

    1. Annyeong Blue Berries.. hahaha gomawo sudah baca ff ini ya,
      Jinjja? Aduh jangan uring2an XD
      Akan ada squel untuk ff ini dan segera post nanti, kamu harus baca lanjutannya ^^

      Like

  5. Daebaakk daebaakkk author-nim ini buat aku nangis gaje huuhuuhu :((
    thor squel tapi happy end..
    Serasa nggaaaarelaa cast utama menderitaaaa :”((

    Like

  6. Astaaagaaaahhh aku kira sungjin anaknya seokjin sama yeoja lain ternyata anaknya jin sama jihyun???? demi???
    sumpah nangis wkt baca ending2 apalagi quote di akhir :”>

    Like

  7. Seokjin knp kejem? gapeka authornim nangis ff mu memang keren”
    kyaaaaaa meweek gabisa ngomong apa” lagii
    #Jjang keceeehh =”)

    Like

  8. Wanita akan merasakan sakit saat melihat
    seseorang yang dia cintai telah bersama dengan
    wanita lain dan anak mereka, tetapi wanita akan
    lebih merasakan sakit saat melihat orang yang dia
    cintai dan anaknya menyebut wanita selain dirinya
    dengan sebutan IBU..
    ~THEEND~

    part ituuuu sumpah gak rela ending hanya segitu><
    author-nim mau happy ending :((
    nyeseek baca ff gini wkt malming, njleb aq sampe nyesek kyk ngerasa jd jihyun kok SAKIT BANGET NGEETT..

    Like

  9. kweren ini thor angstx dapat, kl gak keren aku g akan nangis gini 😥
    awalnya ngecoh sungguh gak hbs pikir imajinasimu keren thor g nyangka ><
    urban legend lanjutanya donk thor *aegyo

    Like

  10. Kkyyyaaaaaa author-nim ini request q…… gomawo sdah penuhi,
    tapi knp angst thor?? gak tega bca cast yeojanya,
    byk kata2 yg aku suka thor dan nyeseknya itu kerasa pas jin blng kl sungjin itu anaknya hhuuuaaa banjir mataku thor
    flashbacknya juga krg panjang aku pngn baca gmn romantis* nya seokjin ama jihyun dulu..
    gillaaakk jihyun lapang dada amat relain anaknya buat wanita lain pdhal dia udah relain seokjin>_<
    seokjin msh cinta jihyun jg kan?? aaarrrggg cinta mereka g tepat.. saling cinta tp hrs pisah itu hancur bkn sakit lg thor, gomawo thor udah buat aku mewek 😦

    Like

    1. Annyeong Erviba Desti, gomawo sudah baca.. wah iya kamu yg request kan ya? Hahaha iya maaf author idenya ada di angst.. author akan segera post untuk squelnya dan sepertinya kamu juga harus baca bagaimana kelanjutannya ^^

      Like

  11. thor nggak tega bacanya….

    tapi menurutku keren bngt ceritanya, imajinasinya main bnr” nggak ketebak pas puncak cerita seokjin ngaku sungjin anak mreka..

    demi apaaah gue nangis baca ginian :”((

    Like

  12. Ini ff ternyesek yg pernah ku baca thor, aky bener” kebawa sdih cast yeoja wkt dia nunjukin ekspresi sedihnya, jg wkt ending dia ngerelain org yg dia cintai buat kbahagian mereka.
    greatjob! g kebayang gmn rasanya 😦

    Like

  13. Ide ceritanya bagus thor cuma ada beberapa part yg ekspresi sdh nya bisa dibuat lbh sedih lgi pasti semakin keren..
    well~ jln ceritanya sukaa kalo part sedih makin dibuat lbh lg yakin makin banjir tangis..
    keep writing author-nim>\<

    Like

  14. JADI JADI ITU IBUNYA??? yaampun di panggil seonsaengnim? kasian anaknya dia gak tau kalo gurunya itu ibunya T,T
    lbh kasihan lg ibunya g bs bilang anaknya kalo dia ibunya..
    seokjin keterlaluan :((

    Like

  15. Sedih bacanya ini bnr² bagus thor, aku gak nebak sama sekali endingnya kalo gini. Ini bkn slh jin atau jihyun tapi slh org tua mereka. Niatan jin nerima perjodohan kan jg krn jihyun gk mau anaknya jd anak broken home..
    Meweek serius (づ_T) 

    Like

  16. Unnie daebak!! Nyeseknya itu gmn gt un. Mau nangis itu gmn ya tapi sakit pas baca. Duhh.. susah dijelasin. Rasanya kyak aku beneran yg ngalami. Btw bayangin Sung Jin seperti apa, gabungan Seok Jin sama aku, imut pastinya *plaaak 😀
    Ditunggu karya lainnya unnie ({})

    Like

  17. Kak san kok tumben ini angst? aq baru baca….suka endingnya bikin q nangis tp beneran kasian cwenya 😦
    mw squel happyend pokoknyaa!!!>=<

    Like

  18. nggak tega bacanya thor~
    imajinasimu hebat thor ampe banjir air mata jg ingus hikshiks
    ortu seokjin ma ortu jihyun tuegaa bingit hhuahua kshan sungjin :”(((

    Like

  19. Baca ff ini mlm valentine kerasa banget sedianya~ nie cinta sejati beneran kak author cm mereka gag bsa bersatu..
    hiks… hiks…
    nyeeseekkk sungguh 😭
    kisah cintanya si jihyun gag main-main buat seokjin jg ankx tapi gag tau dy ibux
    dsini yg buat JLEBB!
    suka idenya cm kurang pjg ffx buat chapter pasti greget dech….

    Like

    1. Annyeong Bilvanisa, gomawo sudah baca.. hahaha iya bener, author tau ini kurang panjang dan butuh chapter tapi author segera bikin squelnya dan segera post, kamu harus baca ya ^^

      Like

  20. Ini bikin nyetek…
    serius q jarang bc fanfic dg alur begini ini bagus bgt,
    serius aq nggak nebak kalok sungjin itu anakx jin&jihyun,
    kirain jin&jihyun itu nggak pernah nikah apalagi punya anak,
    but endingyaaaa ini KEREEEENNNN ≧﹏≦

    Like

  21. DAEBAAAKKK!!
    unni tumben bikin ff sad?
    sungguh nie bagus unn, q nangis nangis bca trutama pas ending ㅠ_ㅠ
    smua alurnya hampir g ketebak, gaya tulisannya sandra unni jg aq suka sekali~
    jjang!
    ff mu makin kesini makin daebak un, next fanfic aq tunggu (^3^)

    Like

  22. >< aku baru baca ffnya, ini bagus parah. Pesannha dapet banget. Ceritanha dewasa, tuh sungjin kasian banget. Jihyun juga aiguuuu
    Binggung mau komentar apalagi, ia maknanya dalam dan aki suka kutipan terakhirnya.
    Keep writing ya ^^
    Terus menanti karya selanjutnya.

    Like

  23. annyeong author-nim salam kenal,
    aku readers di bts fanfiction yg baca ff ini wkt dipost disana,
    aku sukaaaaaaa bangeeet ama ff ini,
    aku comment tapi authornya ga bls mgkin author ga smpet baca, hehe
    aku cuma mau request ff ini ada squel aku bca readers disana jg butuh squel thor.
    ini angst yg daebak.. mohon req ku diterima ya thoorr,
    keep writing!!! ^^

    Like

    1. Annyeong Gracia, gomawo sudah baca salam kenal juga ya.. wah iya aku pernah post ff ini disana kok.. maaf memang author gk ngecek lagi komen disana karena author gk tau kapan ff ini di post.. yups request di terima ya.. hahaha author akan segera nulis squel juga segera publis.. nanti squel akan author post di sini juga di sana untuk readers disana juga.. gomawo sudah baca juga cari blog author.. saranghae!! ^^

      Like

  24. Kak… author freelance bts ff??? aku suka sekali ff ini…
    aq cari* ternyata wp kka disini,
    aq suka semua ff kka di bts ff, tolong update ff baru aq tnggu
    ffnya keren jln ceritax jg lain dr ff yg sering aq baca,
    keep write kak,, aq fans ff mu kekeke..

    Like

    1. Annyeong Nue_ yups betul! Aku author freelance disana, wah jinjja??? GOMAWOOO iya disini wp ku hahaha yaampun aku terharu kamu suka semua ff ku, sekali lagi gomawo ya.. segera update ff baru kok dan ff ini akan ada squelnya kok.. di tunggu ya ^^

      Like

    2. Annyeong Nue_ yups betul! Aku author freelance disana, wah jinjja??? GOMAWOOO iya disini wp ku hahaha yaampun aku terharu kamu suka semua ff ku, sekali lagi gomawo ya.. segera update ff baru kok dan ff ini akan ada squelnya kok.. di tunggu ya!! ^^

      Like

  25. Gilaaak ff ini bikin aq nangis sesenggukan, Jjjjaanng!!
    part akhirnya tngisku makin kenceng thor tolong squel yaa T_T

    Like

  26. ASDFGHJKL BAPER BAPEER T.T SUMVAH MEWEK DOH NYESEK AAAAK *JAMBAK JIN* UDAH NYANGKA DARI AWAL KALO SUNGJIN ANAKNYA JIN, TAPI NGGA NYANGKA KALO JIHYUN EMAKNYA HUEHUEE T^T KEEP WRITE THOR INI KEYEN T,T /ABEKAN KEPSLOK GUE YANG KEINJEK TAEHYUNG :3

    Like

    1. Annyeong kumjongra.. maaf baru sempet bales komen.. hahaha iya memang sengaja aku bikin gitu XD gk apa capslocknya bagus(?) Hahaha sudah ada squelnya Last Memories 2 kalau mau tau lanjutannya ^^

      Like

Leave a comment